HALAMAN PANTAI

HALAMAN PANTAI

Senin, 17 Agustus 2009

Potret

Ah, mimosa pudica, fokus yang terbelah.
Terbekukan di pagi.

Percayalah, embun-embun yang ada di ujung daun telah melewati senyap yang panjang.
Di intimnya gelap, ia telah memilih cara untuk rehat.
Sekian rindu yang lewat, hanya sempat menertawai diri sendiri.
Sejauh melangkah, sejauh memilih : toh hanya berani menyublim di depan laut. Lari sejauh lamun.

Ah, mimosa pudica, fokus yang terbelah.
Tak tahukah kau semua hanya bagaimana cara memilih.

Sayangnya, kita terlalu terlibat dengan perasaan.
Logika sering terpinggirkan.
Padahal aku menginginkan dengan tegas sebuah cinta yang memerdekakan, susahnya ini seperti impian utopis, “mana ada yang mau melogikakan rasa”.
Di batas normatif, orang-orang terbiasa, mendongengkan khayalan mereka, menganggap itu benar-benar ada.

Ah, mimosa pudica, fokus yang terbelah.
Sejauh lari, sejauh aku dikejarnya.

Painan, Juni 2009

0 komentar: