HALAMAN PANTAI

HALAMAN PANTAI

Senin, 17 Agustus 2009

Malam-Malam di Halaman Pantai

Izinkan aku bercerita tentang sesiapa yang berkumpul dimalam, kala ombak pacu berpacu diingatan. Tidakkah kau mau mencatatkan kisah desau angin, saat bagan-bagan dengan lampu terang benderang : menusuk semua hitungan, membalikkan semua tafsir dan menghempaskan apa yang dianggap kepatutan.

Kenapa orang-orang itu berkumpul?, mengapa juga mereka bergigil di halaman pantai, waktu malam?. Aku menemukan jawabannya saat aku bersama mereka, menyusuri lekuk karang, mengintepretasi ayat-ayat ombak, telentang di pasir: biduak bacadik adalah rumah, tanah pantai adalah halaman, dan malam adalah ruang dimana semua wajah selalu samar, yang ada hanyalah laku tindak.

Orang-orang yang berkumpul, hantu adalah diri mereka, menciptakan takut sendiri. Di malam hadir melempar pukek, menjaring kata, memetakan kognitif, memuai di halaman pantai, aduk-mengaduk kenyatan. Ditiap batang rokok, dinyanyikan lagi kegelisahan: “darah kami, buih yang menjalar dinadi, memompa suara, kadang deras kadang malah kering, mempercayai sejarah: membunuh diri sendiri”. Sesiapa yang datang kemalam, maka ia yang akan mendiskusikan pagi.

Sungguh, tak pernah aku sampai kepemahaman secara holistik di pantai kala malam. Di tiap halaman yang tertoreh hanyalah penggalan-penggalan yang tak pernah menyeluruh. Setiap kata yang kugores, setiap inci tubuhku terkikis.

Painan, Juni 2009

0 komentar: