HALAMAN PANTAI

HALAMAN PANTAI

Sabtu, 11 April 2009

Tergelitik

Tergelitik.

Sampai saat, puisi ini dieja.

Kita sepakat, mencumbu wanita

yang tak bergincu lebih sahdu.

Juga, lenggok dan lagak yang seriang menjerat.

Uh…menatap, jauh kita dipacu.

Roda-roda dan bau asap.

Iklim yang muncrat dari sengat panas yang berbaris-membarisi,

peluh mencibiri.

Lengan baju, jatuh mengalihkan tatap pada sosok yang lantang berucap:

“aku akan memacarimu siang malam, tanpa beban”

Tak-tik-tak-tik, mesian tik menggelitik.

Kita berlari pada musim berdiam, dimana haraga kata,

hanya sia-sia onggokan pasar disore, lengang.

Sekarang benarkah kita kembali tak berani lantang.

Padang,

November 2007


0 komentar: